Kamis, 07 Agustus 2008

Mati Kutu

Sesaat kebingunganpun muncul
hinggap menutupi nalarku
Ketika otak tak mampu mecerna
polah yg serba salah
apapun menjadi janggal

Bagai layang-layang putus
tak tau kemana arah
menyusur keterombang-ambingan
yang ada hanya
Terdiam seribubasa



Balik ke jendela Hati

Ombak Telukbetung


Buih putih bergulir susul menyusul, bergulir mebentuk gumpalan yang tak beraturan.
pantulan cahaya matahari meningggalkan kemerlap warna mutiara.
barisannya pun terhantar sampai ketepian.

Suara itu membelah malam
kepyaknya mempunyai ritme tersendiri
Tak terhenti oleh teriakan camar,
gemuruh itu tak pernah diam.

kepyak dan gemuruh begantian
Berteriak, mengeluh, meratap
tak ada yang mampu memberi magna.

Pantai yang sudah tak putih lagi ..!
Seonggok kotoran tertumpuk disetiap jengkal langkah.
buih yang tak berkilau lagi
mendorong sampah kepantai menyisakan warna kelabu untuk pasirku.
teriakan itu,
tak pernah ada yang tau magnanya.

Mengeluhkah
marahkah
sambil menebarkan aroma busuk, agar tersentuh orang disekitarnya.

medio agustus




Jalan Pulang

tapak hidup mengarungi waktu
tak lelah menyisiri arah disetiap persimpangan
kadang singgah dengan buaian sesaat
yang melambungkan mimpi dan mengikat biar tak pergi
membuai dengan kepayang
detikpun sudah tak terukur
entah berapa lama melekat dan bergumul
tak sedikit yang sekarat
tak sedikit yang melarat
tak sedikit yang maksiat
sampai tersadar ada yang menanti
tertatih tatih ingin pulang
kemana jalan itu
kemana arah itu
dimana rumahku

satu satu kembali merangkak, bak bayi yang baru belajar melangkah
tak peduli berapa lama akan sampai
tak peduli siapa yang menyambut
tak peduli siapa yang menghantar

dan jangan tanyakan siapa yg menunggu


-- dari yg pernah terseret dikegelapan -----



Balik ke jendela Hati

Mendulang Hidayah

balur keringat belum begitu kering
ketika panggilan muazin melengking di udara yang gersang
sekejab nafaspun mereda
mensyukuri telah diberi ruang dan waktu
angin sejukpun mengaliri rongga rongga
yang tak pernah puas dengan harapan
seolah silang menyilang dengan nafsu yg memburu
....
sejurus pun sudah larut dengan ritual ilahi
hati pun bersimpuh meminta keridoan
membiarkan merintih penyesalan
menanggalkan segala beban
mengumbar dipadang kesejukan
bercengkrama dengan sang Rob.
........
sementara nanar mentari masih meronta diluaran
memanggang hidup tanpa kompromi
takpeduli,
menggelepar....
merintih...
mengupas tanah-tanah petani
menggarang atap-atap kaum bantaran
...........

haripun membiarkan jiwa-jiwa yg lepas
mencari sendiri sendiri ruhnya..
betapa ada diseluruh lorong, gang, bahkan ditebar dimana-mana
hanya mata yang tajam,
hati yg sahaja
dan tengadah tangan..
yang mampu melihat
Sang Kholiq meniupkannya setiap saat
layaknya matahari yg enggan kompromi.


Balik ke jendela Hati

Mendiang Masa Hitam

Terkubur dengan lewatnya waktu,
Biar aja lah, pengennya gak kepikiran kemasa lalu walaupun sulit memisahkan warna hitam yang merupakan komulasi dari beberapa warna.
Masa yang menjadikan pondasi masa kini
ada peran disana membentuk mozaik kedewasaan
mampukah mengubur dalam-dalam agar tidak terkuak
kenapa ditinggalkan kalau berjasa

ah
polemik selalu ada
alternatif menjanjikan jalan pintas
betapa janji setan belang mulai merayu
gak ada yg dirugikan, bahkan menjahit pengalaman
penyesalan mulai tergambar
menampik rayuan yang menjanjikan.
kapan lagi...?
kapan Lagi...?

cuma satu kata:
Jangan Pernah Kembali..

--- augustus ----



Balik ke jendela Hati

Ketika Koma Menjadi titik

Ketika detik berlalu, sebuah mimpipun berkelebat, rencana baru pun muncul, penyesalan...,harapan...,statis, hmmmm apalah namanya.
Ketika waktu ditunggu, dan ketika datang berlalu begitu saja menembus batas..
tanpa meninggalkan bekas apapun.

Adakah makna titik menjadi pemberhentian kata?
Adakah waktu dapat memberi jeda?
Batas yang linier
tak pernah ada
Ketika kematian yg datang pun menjadi persinggahan belaka dan perjalanan invinity pun dimulai..
lalu kemana Titik
Titik kecil yang mampu memberhentikan Barisan serdadu yg garang
Titik kecil yang mampu memberhentikan Seorang Diktator
Titik .......................................
Ketika estetika mempercayakan kepatuhannya
fenomena barupun meretas, menggagas dan mempengaruhi sebuah KOMA mengkudeta kekuatan TITIK.

Betapa banyaknya Falsafah yang belum tuntas.
Betapa banyaknya Bangunan yang belum kelar.
Betapa banyaknya fakta yang tersembunyi.
Disekitar kita berserak menjadi puing yang kumuh.
yang terbenam dengan kemubaziran.

Dikte pun ikut bekumandang
Kyai sesatpun mulai berdakwah, memenggal koma menjadi titik.
Menyuapi anak-anak dengan sepotong ayat yang tak utuh.
Memberikan magna baru kebenaran.
menyiasati maksud yang ingin dicapai.
Dan menebar setumpuk kebohongan yang menyesatkan.

Ketika magna koma menjadi titik.
Hanya hati yg bicara,
dan kepadanyalah kita bertanya.



medio agustus

balik ke jendela hati